Jumat, 13 Januari 2012

Profil Semar


Semar dalam gambar wayang memiliki peran yang sangat penting, meskipun tidak dimasukkan sebagai karakter utama. Semar Dalam Pewayangan profil yang menarik untuk melihat dari beberapa versi yang ada. Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh utama dalam wayang Jawa dan Sunda panakawan. Angka ini dilaporkan sebagai pengasuh serta penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli adalah epik Sansekerta, karena tokoh ini adalah ciptaan seorang penyair asli dari Jawa.


Sejarah Semar
Menurut sejarawan Prof Dr Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief di Candi Sukuh yang tanggal ke 1439.
Semar diceritakan sebagai pelayan atau hamba cerita karakter utama, yaitu Sahadewa dari Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut, tetapi juga sebagai pelempar humor untuk mendobrak suasana tegang.
Pada hari berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Jawa, wayang digunakan sebagai salah satu propaganda media. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang sudah kuat dalam memori melekat pada masyarakat Jawa. Salah satu ulama terkenal sebagai pakar budaya, seperti Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, sebuah karakter Semar masih dipertahankan keberadaannya, bahkan peran lebih aktif daripada di cerita Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Penyair Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengatakan Semar bukan hanya rakyat jelata biasa, melaikan Batara Ismaya perwujudan, adik dari Guru, raja para dewa.

Asal dan Kelahiran
   Ada beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Tapi semua angka-angka sebut sebagai reinkarnasi dari dewa.

Dalam naskah Serat Kanda 
dikisahkan, penguasa surga yang bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua putra bernama Trans dan Trans Wenang Singles. Karena Sanghyang Tunggal jelek, ia juga mewarisi tahta surga untuk Sanghyang Wenang. Dari Wenang kemudian diwariskan kepada Trance putranya yeng bernama Guru. Single trans kemudian menjadi penjaga Guru keturunan ksatria, oleh Semar nama.
Dalam Paramayoga
diceritakan seperti, adalah anak dari Wenang Trance Trance Singles. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, putri jin kepiting raja yang bernama Sanghyang Yuyut. Perkawinan lahir sebuah permata bentuk telur yang kemudian berubah menjadi dua orang. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan berkulit putih Manikmaya untuk. Ismaya merasa minder sehingga kurang bersedia untuk membuat Singles Trans. Tahta surgawi diwariskan oleh Manikmaya, yang kemudian berjudul Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi posisi sebagai penguasa Sunyaruri alam, atau supranatural kelompok makhluk hunian. Anak sulung yang bernama Batara Ismaya Wungkuham memiliki anak bernama Janggan Smarasanta bertubuh bulat, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan bernama Resi Guru Manumanasa dan berlanjut sampai anak-anak dan cucu. Dalam keadaan khusus, dapat menyerap Semar Semar Ismaya menjadi sosok yang ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda 
dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari datang kabar bahwa takhta langit akan diteruskan kepada Samba. Hal ini membuat cemburu saudara ketiga. Samba diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan itu diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal mengutuk ketiga putranya menjadi jelek. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan bagian belakang adalah suatu Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian berjudul Guru. Sementara itu, Manan mendapat pengampunan karena ia hanya pergi bersama dengan itu. Manan kemudian berjudul Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Guru.
Dalam naskah Purwacarita 
dikisahkan, Trance Tunggal Rekatawati anaknya menikah dengan Dewi Sanghyang Rekatatama. Pernikahan dilahirkan telur bercahaya. Sanghyang Tunggal merasa begitu marah membanting telur dibagi menjadi tiga bagian, shell, putih, dan kuning telur. Semua tiga masing-masing berubah menjadi laki-laki. Berasal dari kerang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang dari Manikmaya kuning bernama. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya tidak setuju karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta surga. Keduanya juga memegang kompetisi untuk menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung dengan satu menelan tapi itu adalah kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung sedikit demi sedikit. Setelah melewati semua bagian dari hari bebarpa gunung dipindahkan ke Ismaya tubuh, tetapi tidak berhasil. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang ambisi tunggal dan murka mengetahui bahwa keserakahan kedua putranya. Mereka dihukum untuk menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja surga, berjudul Guru. Antaga dan Ismaya turun ke bumi. Setiap mengenakan Togog nama dan Semar.

Silsilah dan Keluarga
Dalam wayang diceritakan, Batara Ismaya ketika masih di surga telah dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari pernikahan yang lahir sepuluh anak, yaitu:
Batara Wungkuham
Batara Surya
Batara Candra
Batara Tamburu
Batara Siwah
Batara Kuwera
Batara Yamadipati
Batara Kamajaya
Batara Mahyanti
Batari Darmanastiti
Semar Ismaya berfungsi sebagai inkarnasi untuk pertama kalinya ke Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar harimau menyerang dua merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke bentuk aslinya, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat bantuan Manumanasa, kedua malaikat telah dibebaskan dari kutukan yang mereka tinggal. Semar Kanistri kemudian menjadi istrinya, dan digunakan untuk disebut sebagai Kanastren. Sementara itu, istri Manumanasa Kaniraras, dan namanya diubah menjadi Retnawati, karena kakak saya juga bernama Kaniraras Manumanasa.

Pasangan Panakawan
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Tapi tidak benar-benar semua ketiga biologis anak Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang memiliki kutukan dan dibebaskan oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja Gandharwa. Sementara Bagong diciptakan oleh kata ajaib terima kasih kepada bayangan Semar Resi Manumanasa.
Dalam wayang Sunda, urutan anak-anak Semar Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya ditemani oleh satu anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Fisik Formulir
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia adalah simbol dari penggambaran alam semesta. Tubuhnya adalah simbol bumi yang bulat, tinggal manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata bengkak. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambut gaya jambul seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Dia laki-laki berkelamin, tapi memiliki payudara seperti wanita, sebagai simbol pria dan wanita. Ia hidup sebagai dewa menjelma tapi orang-orang biasa, sebagai simbol dari atasan dan bawahan.

Keistimewaan Semar
Semar adalah karakter boneka kreasi penyair lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai hamba, namun keluhurannya sejajar dengan cerita Arjuna dalam Mahabharata. Jika perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat Pandawa Krishna hanya satu, maka dalam wayang, jumlah itu meningkat menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam literatur hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa dari kisah Mahabharata adalah karakter utama. Namun dalam tema pagelaran wayang Ramayana, dalang juga digunakan untuk menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama atau Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apa judul yang sedang dikisahkan.
Dalam wayang, bertindak sebagai kelas Semar pengasuh prajurit, sedangkan Togog sebagai pengasuh dari raksasa. Sudah pasti anak-anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Ini sebenarnya simbol belaka. Semar adalah gambaran campuran dari orang-orang kecil maupun dewa surga. Jadi, jika pemerintah - yang disimbolkan sebagai ksatria perawatan Semar - mendengarkan orang-orang kecil yang seperti suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan ketenangan.

1 komentar:

  1. Playtech Casinos in India | Find the best online casino - Kadangpintar
    Playtech is one of 메리트카지노 the septcasino leaders in gaming, and it is recognized as one of the best online casino operators in India. In 2020, it kadangpintar was established

    BalasHapus